Kehancuran sebuah bangsa. Orang bijak mengatakan, “Ketika manusia kehilangan harta benda itu bukan apa-apa, semua itu hanya titipan. Andaikan manusia kehilangan nyawa, itu sudah kewajiban untuk kembali ke pangkuan Tuhan Yang Maha Kuasa. Akan tetapi ketika manusia kehilangan budaya, tinggal menunggu waktu akan kehancuran bangsa itu sendiri.”
Berikutnya, mari kita saksikan bersama. Tari ini menceritakan seperti cerita kisah Jaka Tarub. Bagaimana sebuah cerita disampaikan dalam bentuk tari.
Saksikan yang berikut ini! Sinom Parijotho (uyon-uyon)
Legenda Jaka Tarub
Pesan disampaikan melalui sebuah cerita dalam masyarakat dalam budaya Jawa. Pesan moral disampaikan secara simbolik. Cerita ini menceritakan sebuah kisah, berawal dari pertemuan antara Jaka Tarub dengan seorang bidadari. Yang kemudian, bagaimana Jaka Tarub dapat memperistri bidadari cantik? Pada suatu hari ketika sedang beruburu mencari burung di hutan belantara, ia menyaksikan ada 7 bidadari yang sedang mandi di telaga di tengah hutan. Sebagai pemuda yang belum pernah melihat kemolekan wanita, Jaka Tarub memperhatikan satu persatu di antara mereka, ternyata di samping telaga terdapat busana para bidadari yang berserakan di tepian telaga.
Berikut cerita Jaka Tarub
Dalam cerita ini, Jaka Tarub adalah seorang pemuda dari desa Tarub yang kemudian terkenal dengan sebutan Jaka Tarub. Pada suatu hari di sebuah pedesaan yang damai. Sepeninggal orang tua, ayah dan ibunda yang dicintainya, Jaka Tarub hidup sebatang kara. Kehidupan dalam sehariannya bertani dilakukan sendiri dan berburu di hutan belantara.
Tujuh bidadari di telaga. Atas seijin para dewa, selain selendang yang merupakan kesaktian, juga dibekali kesaktian lain yang dimiliki ketujuh bidadari. Maka para dewa memberi ijin untuk turun dari kahyangan dan berkelana ke bumi. Dengan selendang yang mereka miliki masing-masing dapat terbang. Ketika mereka melihat ada telaga, mereka turun dan mandi. Selanjutnya masing-masing meletakkan busana dan selendang di tepi telaga. Mereka bertuju saling bercanda ria mandi di telaga yang jernih.
Jaka Tarub mencuri busana dan selendang. Diusianya yang semakin beranjak dewasa. Pada suatu hari ketika sedang berburu binatang mencari burung di hutan tepian telaga, sayup-sayup terdengar gurauan dan canda wanita yang sedang mandi di telaga di tengah hutan lebat. Dari jauh mengendap-endap dan menghampirinya di balik rimbunnya pepohonan. Saat itu, Jaka Tarub yang telah sejak tadi memperhatikan ketujuh bidadari. Sambil mengendap-endap, Jaka Tarub mengambil salah satu busana dan selendang dari ketujuh bidadari. Kemudian dia menyelinap dibalik semak-semak.
Kehilangan busana dan selendang. Setelah bercanda ria mandi di telaga, seorang bidadari merasa ada yang ganjil. Keganjilannya ketika semua selesai mandi ia mencari dan tidak menemukan kembali busana dan selendanya, karena hilang. Maka ia menangis tersedu-sedu. Dengan hilanya busana dan selendang, ia tidak dapat kembali ke kahyangan bersama ke enam kawannya. Kini dia terdiam ditepian telaga, ditinggal oleh keenam kawannya.
Aib apa yang akan menimpaku? Suatu yang tidak mungkin dilakukan, keluar dari telaga tanpa busana dan selendang. Sedih sambil menagis sang bidadari bersumpah kepada seisi alam. Sumpah itu, “barang siapa yang dapat menolongku, jika wanita akan aku jadikan saudara, jika laki-laki aku bersedia untuk dijadikan istri.”
Joko Tarub jatuh cinta. Tidak jauh dari tepian telaga, Jaka Tarub yang telah bersembunyi di balik semak, mendengar tangisan dan sumpah bidadari. Kemudian Jaka Tarub memberi pertolongan kepada sang bidadari. Bidadari tersebut senang karena sudah ditolong dengan memberikan kain, kemudian keduanya saling berkenalan. Nawan Wulan adalah nama bidadari, Joko Tarub pun memperkenalkan diri. Karena sumpah yang telah diutarakan oleh Nawan Wulan, kemudian Joko Tarub menagih janjinya. Kemudian Nawang Wulan bersedia diperistri Joko Tarub.
Awal terbongkarnya rahasia. Rumah tangga baru, sebuah keluarga yang hidup di desa yang damai. Kini keduanya dikaruniai putri yang cantik secantik ibunya yang diberi nama Nawangsih. Meskipun selendang yang merupakan kesaktiannya telah hilang. Nawang Wulan masih memiliki kesaktian lain yang diberi oleh Dewa.
Memasak nasi hanya satu tangkai padi. Meskipun hanya satu tangkai, akan tetapi lebih dari cukup untuk makan bertiga suami istri dan anaknya. Sehingga setiap panen padi Jaka Tarub, akan memenuhi lumbung padi, ia pun terheran-heran. Dalam hati Jaka Tarub bertanya, mengapa tidak pernah berkurang?
Pada suatu pagi hari, Nawang Wulan akan pergi mencuci di sungai, ia pun berpesan. Jangan pernah membuka apa yang sedang dimasaknya.
Rasa penasaran dan penuh heran. Jaka Tarub sambil menggedong putrinya Nawangsih, dengan tidak habis pikir dan terheran-heran terhadap panen yang tak kunjung berkuang dan bahkan semakin memenuhi lumbung, timbul pertanyaan. Apa yang dimasak istrinya? Ia pun memberanikan diri untuk membuka tutup dandang (pengukus nasi). Terkejutlah Jaka Tarub, karena yang dia lihat hanya satu tangkai padi. Kemudian sekembalinya dari mencuci di sungai, Nawang Wulan juga terkejut, ternyata padi yang dia masak tidak berubah menjadi nasi. Ternyata Jaka Tarub telah mengingkari janjinya, yaitu membuka tutup dandang yang sedang buat masak setangkai padi
Nawang Wulan menemukan kesaktiannya kembali. Permintaan Nawang Wulan. Karena Jaka Tarub telah mengingkari janji, maka Nawan Wulan memiliki permintaan agar dibuatkan lesung tempat menumbuk padi dan alu sebagai penumbuk padi. Saat itu kesaktian Nawang Wulan hilang, tidak lagi dapat menanak nasi dengan satu tangkai padi. Ia memasak seperti masyarakat pada umumnya. Padi yang disimpan Jaka Tarub yang awalnya memenuhi lumbung kini semakin lama semakin menyusut.
Nawang Wulan terkejut. Pada suatu hari Nawang Wulan masuk ke dalam lumbung padi yang sudah menyusut, ia terkejut saat melihat selendang tergeletak di tumpukan paling bawah diantara padi yang menyusut. Ia ingat akan kehilangan selendang tatkala dia mandi di telaga. Kesimpulan Nawang Wulan adalah, ternyata Joko Tarub yang telah mengambil busana dan selendang yang kemudian semua ini disembunyikan, ingat ketika ia sedang mandi di telaga hutan belantara.
Perpisahan tidak terelakkan. Setelah selesai menanak nasi dan menghidangkannya di bale-bale. Setelah itu Nawang Wulan bergegas untuk kembali ke kahyangan menyusul enam temannya yang lebih dulu kembali. Dengan diketemukan selendangnya maka ia pulih kembali kesaktian itu. Antara tampak dan tidak tampak sambil megang selendang kesaktiannya ia berpesan kepada Jaka Tarub, aku mau pulang ke kahyangan. Jaka Tarub terkejut sambil menangis dan menggendong putrinya yang cantik, ia pun bertanya. Bagaimana dengan Nawangsih anak kita? Nawang Wulan menjawab, aku akan datang ke bumi, hanya akan menemuai Nawangsih anakku.
Demikian sepenggal kisah cerita tentang Jaka Tarub dan Nawang Wulan.
Musik, adalah bagian dari seni. Musik dan seni, dua kata digabung disebut seni musik. Seni musik merupakan ungkapan rasa manusia yang banyak memberikan inspirasi dalam kehidupan. Melalui seni musik, selain dapat menghibur, dapat memberikan inspirasi, kekuatan, semangat, hingga nilai-nilai kemanusian, mempererat persaudaraan, dan bahkan dengan mendengarkan musik, tanpa harus memahami arti dalam lirik lagu, orang dapat meneteskan air mata. (di copy dari sumber silakan kunjungi di sini klik).
Seni tari. Seni adalah seni gerakan tubuh yang seiring dan seirama dengan ritme seni musik yang mengirinya.
Beksan Gambyong Pareanom. Berawal dari tarian tledek yang selanjutnya Oleh Kraton Mangkunegaran (Surakarta), sehingga menjai lebih halus. Tarian ini merupakan perpaduan antara keindahan seni gerak anggota-anggota badan dengan seni musik. Gerak anggota badan, seirama dan birama kendang, cepat, lambat, dan dinamis dalam pertunjukan seirama dengan gerak langkah penari.
Mari kita saksikan tayangan yang satu ini.