Mudahnya menghakimi seseorang yang belum tentu salah. Kadang tidak habis pikir, ketika terjadi kerumunan masa dan menghakimi seseorang dengan beringas yang belum tentu bersalah, padahal itu bukan budaya kita. Apakah yang banyak selalu benar?
Bangsa Indonesia terkenal sopan, santun dan berbudaya. Ironisnya budaya tinggalan para leluhur bangsa, kini terkisis dan mengalami degradasi. Gambaran itu digambarkan dalam sebuah cuplikan wayang kulit semalam suntuk berupa klip video yang berdurasi pendek, walaupun pendek, namun tidak mengurangi makna apa yang akan disampaikan. Bagi para penggemar wayang kulit purwa, tentu tidak asing lagi.
Kehidupan tidak selalu berbanding lurus dengan dengan harapan keluarga maupun masyarakat. Anak merupakan penyambung sejarah dalam sebuah keluarga. Sebuah keluarga terhormat, bisa jadi keturunannya, menjadi orang yang tidak diharapkan masyarakat, atau sebaliknya.
Paska perang baratayuda, perang antara Kurawa melawan Pandawa, pihak Korawa tumpas habis dalam peperangan di alas Kurusetra tanpa sisa. Yang ada adalah generasi setelahnya, dan para Pandawa.
Dursasana, adalah seseorang yang hidup di pihak Kurawa. Hidupnya serba ada, bila digambarkan sekarang adalah orang terkaya, terpandang, dan bahkan dari seorang tokoh di tengah masyarakat, namun ia salah jalan. Hidupnya digunakan untuk berfoya-foya. Dalam cerita, Dursasana gugur dan meninggalkan seorang anak. Kini anaknya diasuh dan dididik oleh seorang pemuka agama yang ternyata dia adalah kakeknya sendiri.
Gambaran itu diilustrasikan dalam cuplikan (video klip) wayang kulit purwa dalam budaya Jawa.
Sumber: Youtube
Karena tujuan manusia hidup itu untuk mencari ilmu jadi pendidikan itu wajib buat siapa aja
Betul, Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya